Ir. Novi (saudara Ita): Tidak Ada Teror October 13, 1998 Merdeka Jakarta, Selasa, Merdeka Walaupun dengan perasaannya tersayat, Ir Novi Suryadinata (26), terpaksa menjelaskan masalah dan tekanan yang dialami keluarganya, setelah adik kandungnya Ita (Marthadinata) tewas dibantai tersangka Suryadi alias Bram alias Otong (22), tetangganya sendiri. Langkah ini harus dilakukannya, karena akibat pemberitaan yang dilansir berbagai media cetak dan elektronik yang terkesan simpang siur, sehinggga mengakibatkan keluarganya tertekan. Sebagai keluarga korban, ungkap Novi, sebenarnya dia dan keluarganya sudah cukup lama ingin mengungkapkan 'uneg-uneg'-nya kepada pers. Tapi karena kasus pembunuhan yang terjasi di rumahnya di Jalan Berlian III/29 Kemayoran, Jakarta Pusat itu masih dalam penyidikan polisi, mereka mencoba menahan diri sambil menunggu hasil pengusutan. "Tapi begitu baca di koran, beritanya macam-macam sekali, menyakitkan sekali. Kami itu korban....,' kata Novi dengan nada terbata-bata. Dengan suara tersendat, wanita yang bekerja di perusahaan internet terkemuka dengan tegas mengungkapkan bahwa kehadirannya itu juga bukan karena adanya tekanan atau teror dari pihaknya tertentu. Melainkan karena tidak ingin ada kejadian yang lebih besar lagi, yang bersifat politis dan dapat memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa. "Saya kesini bukan karena diteror tapi atas kemauan sendiri, karena kami tidak mau negara ini jadi pecah. Saya lahir... saya besar, dinegara ini," tegasnya dengan suara tinggi. Walau keluarganya diketahui sebagai aktivis Tim Relawan, namun karena komentar beberapa tokoh LSM yang mengungkapkan bahwa kasus tersebut berbau politis membuat situasi itu menjadi beban dan menekan perasaan seluruh keluarga Dinata. "Tidak ada teror, sampai saat ini kita pun tidak pernah diteror. Justru dengan kondisi dan pemberitaan yang ada, sekarang kami yang ketakutan. Karena informasi yang keluar segala macam jadi kami...," ungkap alumni IPB Bogor ini tanpa melanjutkan kalimatnya. Sambil berulang kali menundukkan kepala karena tidak mampu menahan rasa harunya, Novi yang didampingi Kaditserse Kolonel Pol Gories Mere, Kapolres Jakpus Letkol Pol Edward Aritonang, menjelaskan bahwa pembunuhan yang dilakukan Otong terhadap adik kesayangannya adalah tindak kriminal murni. Kenyataan itu terlihat usaha keras pihak kepolisan dalam melakukan penyelidikan dan penyidikan atas kasus tersebut. Dengan demikian, Novi mengharapkan masyarakat tidak perlu lagi berprasangka lain atas tewasnya Ita, terlebih mengkaitkannya dengan masalah politik. "Kami sekeluarga memohon kiranya masalah ini klir. Saya merasa sikap polisi sangat membantu, mereka sudah berusaha. Kita percaya mengusut dengan cara yang benar dan saya melihat sendiri sikap mereka simpatik dan caranya betul-betul," paparnya. Meski mengaku banyak masalah yang tidak dapat diungkapnya dalam penjelasannya kemarin. Novi mengungkapkan bahwa langkah itu dilakukannya semata-mata untuk kelangsungan hidup keluarganya di Indonesia. Menyinggung keterlibatan keluarganya dalam aksi Tim Relawan, menurut Novi, aktivitas itu berawal dari profesinya dibidang internet dan kegiatannya sebagai Alumni IPB serta keperdulian seluruh anggota keluarga pengusaha furnitur ini. Dia membantah bila keterlibatan keluarganya karena diduga adiknya menjadi korban pelecehan seks saat kerusuhan 13-14 Mei yang lalu. Meski dari hasil visum et repertum, menurut Gories Mere, ditemukan 'kelainan' pada lubang kemaluan dan dubur korban. "Adik saya bukan korban pelecehan seksual 13-14 Mei. Saat itu kita sama-sama, ada papi, mami dan teman-teman ada disana,"ungkapnya tanpa, menyebutkan tempat mereka berkumpul. (DP/TRA) |