Foto-foto korban perkosaan: Bukti, Rekayasa, atau Teror Baru?
Jumat, Juli 31, 1998

the_tikcom (http://www.detik.com)

Serangkaian foto yang menggambarkan adegan yang sangat mengerikan terpampang di beberapa situs web. Tak kurang dari 11 foto menggambarkan penganiayaan sekelompok orang berseragam terhadap seorang perempuan. Di situs web yang lain, dipajang sebuah foto yang memperlihatkan jasad perempuan yang tergolek dengan sebatang sapu menembus (maaf) kemaluannya.

Situs Web Teeunderground memasang judul "The Gallery of DEATH! Carnage from 98 Indo Riots" untuk rangkaian foto itu.

"The Sorrow Of Indonesian Chinese", begitu bunyi judul di situs lain untuk rangkaian foto yang sama. Sedangkan di situs Web Federasi Huaren Dunia, sebuah organisasi Cina Perantauan dunia yang sangat peduli dengan nasib etnis Cina di Indonesia pada peristiwa Mei lalu, menempatkan salah satu foto itu dengan judul "They Rape".

Ya, semua foto itu dirujukan pada peristiwa perkosaan yang menimpa wanita etnis Cina pada kerusuhan 13 - 14 Mei lalu. Dan situs-situs Web yang memasang rangkaian foto itu terkesan ingin memperlihatkan bukti adanya perkosaan pada kerusuhan Mei lalu.

Namun belakangan di tengah-tengah para pengguna Internet muncul pertanyaan, "Benarkah itu semua adalah foto-foto wanita etnis Cina Indonesia yang jadi korban perkosaan pada kerusuhan Mei lalu?"

Pertanyaan itu sangat wajar. Di era digital ini, dengan bantuan software untuk mengolah image, seseorang bisa merekayasa sebuah image sehingga menghasilkan penampakan yang sama sekali lain dari aslinya. Namun sejauh ini belum ada sebuah upaya resmi untuk melakukan pengujian teknis atas foto-foto yang menggegerkan itu.

Apong Herlina, Direktur Lembaga Bantuah Hukum Jakarta dan anggota Tim Relawan, menegaskan bahwa -terlepas dari otentik tidaknya foto-foto yang diklaim sebagai foto-foto wanita etnis Cina Indonesia korban perkosaan- timnya lebih mengandalkan bukti-bukti lain. "Kita tidak mengambil dari data-data pihak lain"

Yang pasti, keraguan, bantahan, keyakinan, dan berbagai dugaan atas foto-foto yang beredar tersebut sedang berkembang.

 

Tidak ada yang otentik

Soekarno Chenata, misalnya. Pendiri dan pengelola situs Web Web IndoChaos itu membantah klaim atas sebuah foto yang disebut-sebut sebagai foto wanita etnis Cina yang menjadi korban

perkosaan. Foto yang menggambarkan jasad seorang perempuan berlumur darah dengan sebilah sapu menusuk (maaf) kemaluannya itu juga dipajang di situs Web Indonesian Huaren Crisis Center (IHCC) dan World Huaren Federation. Di situs IHCC, foto tersebut berada dalam kategori topik "Rape Victim" dan lokasi "Unclarified".

Kepada the_tikcom Soekarno Chenata mengungkapkan bahwa foto tersebut sempat dikirim kepadanya pertengahan Juli untuk ditampilkan di situs Web IndoChaos, sebuah organisasi non-profit yang ditujukan untuk memperjuangkan hak-hak asasi etnis Cina di indonesia. Namun belakangan Soekarno mencabut foto tersebut dari situs Webnya.

"Foto tersebut adalah foto porno!!!," kata Soekarno. Sebagai bukti atas bantahannya, Soekarno menunjukkan bahwa foto yang sama dipajang di sebuah situs Web Gore Gallery.

Berdasarkan informasi yang diperolehnya dari pengelola situs Web Gore Gallery, Soekarno mendapatkan keterangan bahwa Gore Gallery juga menerima foto tersebut dari Internet. Dan Gore Gallery telah memajangnya selama 1 tahun!

"Jadi sama sekali tidak ada hubungannya dengan kasus perkosaan yang terjadi pada bulan Mei 98 di Indonesia!," tandas Soekarno yang mengaku organisasinya berbasis di Eropa.

Sebenarnya, situs Web Gallery bukanlah semata-mata sebuah situs pornografi. Situs ini lebih menyediakan foto-foto yang menggambarkan keanehan, kengerian, dan kebrutalan. Meski terdapat beberapa foto yang berbau seksual, tapi cukup banyak foto-foto yang mengerikan dan brutal di situs tersebut. Seperti foto-foto yang menggambarkan orang yang dibunuh, bunuh diri, penderita penyakit, dan macam-macam foto yang mengerikan.

Rangkaian foto yang memperlihatkan seorang wanita yang sedang dianiaya oleh sekelompok orang berseragam juga sempat dipertanyakan kaitannya dengan kasus perkosaan atas wanita etnis Cina.

Editor situs Web Theeunderground, yang juga memajang rangkaian foto tersebut, memberikan sebuah catatan. "Meski beberapa orang yakin bahwa foto-foto ini berkaitan dengan perkosaan atas anggota kelompok Timor Timur tahun lalu", tulis editor itu, "kami belum bisa memverifikasi klaim tersebut."

Namun seorang pengakses situs Federasi Huaren Dunia, yang diidentifikasi sebagai Raymond Tan, menyebutkan bahwa beberapa foto tersebut telah menyebar di beberapa newsgroup jauh hari sebelum kerusuhan Mei. "Sebetulnya, itu foto seorang perempuan Timor Timur," tulisnya.

Soekarno Chenata ternyata juga sempat menerima kiriman foto-foto tersebut. Namun, lanjut Soekarno, "Sejak awal telah saya ketahui bahwa foto tersebut adalah foto aktivis Timor Timur

yang telah cukup lama beredar di internet." Rangkaian foto tersebut, tambahnya, dapat dilihat di salah satu situs Web aktivis Timor Timur, Loro Sae. Namun Soekarno menolak berkomentar mengenai keotentikan foto-foto tersebut.

Bahkan Soekarno menegaskan, "Foto-foto korban perkosaan yang telah beredar di internet sekarang -yang diklaim sebagai foto wanita etnis Cina korban perkosaan- sama sekali tidak otentik dan tidak bertanggung-jawab".

 

Teror?

Memang banyak pihak mengingatkan, perbincangan mengenai keotentikan foto-foto korban perkosaan jangan sampai melupakan persoalan yang sesungguhnya: peristiwa perkosaan yang sesungguhnya.

"Kita tidak perlu mempersoalkan keotentikan foto-foto tersebut. Kita boleh saja meragukan foto-foto itu. Tapi yang tidak perlu diragukan adaklah bahwa kasus perkosaan itu memang benar-benar ada," kata Lieus Sungkharisma, Ketua Partai Reformasi Tionghoa Indonesia.

"Yang paling penting sekarang," kata Lieus, "mengungkap siapa pelaku dan dalang semua ini." Terlebih, tambahnya, belakangan terdapat temuan-temuan baru yang menyebutkan bahwa tindak perkosaan itu tidak hanya terjadi di Jakarta.

Lalu untuk apa foto-foto itu disebarluaskan di Internet?

Soekarno pun lantas berteori. "Ada 2 kemungkinan," katanya.

Pertama, foto-foto itu disebarkan oleh orang iseng. Kedua, penyebaran foto tersebut merupakan suatu aksi teror terhadap etnis Cina yang bertujuan untuk apa yang disebut oleh Soekarno sebagai "mematahkan perjuangan etnis Cina".

Lieus pun mengakui bahwa tersebarnya foto-foto korban perkosaan sangat berpengaruh terhadap komunitas etnis Cina di Indonesia. Banyak warga etnis Cina bertambah was-was melihat foto-foto tersebut.

Menanggapi pertanyaan the_tikcom, Lieus menegaskan, "Tersebarnya foto-foto itu sangat mungkin sebagai upaya teror. Apalagi belakangan muncul selebaran yang disebarkan ke rumah-rumah. Tujuannya jelas: meneror."

"Harus ada kemauan dan jaminan dari pemerintah untuk mengungkapkan kasus perkosaan ini secara tuntas agar warga merasa dilindungi dan tidak lagi dicekam rasa was-was," tegasnya.

Lieus barangkali tidak berlebihan. Siapapun yang sempat melihat foto-foto tersebut -terlepas dari kadar keotentikannya- akan dibuat shock dan terteror oleh gambaran yang sangat sadis dan brutal.


BACK