SUARA PEMBARUAN: Ada Yang Saksikan Perkosaan
JAKARTA - Kerusuhan pada 13-15 Mei 1998 di Jakarta, ternyata tidak
hanya mendatangkan trauma bagi korban, tetapi juga sebagian warga
bukan korban.
Karena, sebagian warga ikut menyaksikan peristiwa sadis yang terjadi
saat itu. Maka tak heran ada banyak cerita yang hingga kini belum
terungkap.
Salah satunya, masalah perkosaan, yang hingga kini masih diperdebatkan
oleh beberapa kalangan; sebagian kalangan tidak percaya peristiwa
perkosaan itu benar-benar terjadi, namun tidak sedikit pihak yang
merasa yakin peristiwa itu memang terjadi.
Selamet Saragih, wartawan "Media Indonesia" menuturkan,
ia sendiri pernah menyaksikan secara langsung peristiwa tindak
kekerasan yang terjadi di Jakarta dalam kerusuhan itu.
"Kalau sampai sekarang saya tidak pernah menuliskannya di
media tempat saya bekerja, karena ada perasaan tidak tega,"
ucapnya, Jumat (26/6), di Jakarta.
Pada 13 Juni 1998, tuturnya, dalam perjalanannya menuju kantor,
ia harus melintas di Jalan Daan Mogot, Jakarta Barat. "Kala
itu hari sudah sore, antara pukul 16.00 WIB atau pukul 17.00 WIB,"
lanjutnya. Namun, ketika sampai di perempatan Jalan Daan Mogot,
tepatnya perempatan antara Daan Mogot dan jalan lingkar luar,
massa tampak berkumpul. Ia kemudian menghentikan mobil Jimny putihnya.
Tak lama, ia melihat sebuah sedan Honda warna biru melintas di
jalan itu. Mobil yang berjalan pelan itu dihentikan oleh massa,
yang meminta dengan setengah paksa, agar pengendara dan penumpangnya
turun dari mobil.
Pengendara dan penumpang mobil ternyata dua wanita muda berusia
sekitar 25 tahun, keturunan Tionghoa. Kedua wanita ini ditarik
oleh beberapa pemuda ke arah jembatan Grogol.
"Saya menyaksikan dengan mata kepala sendiri, bagaimana para
pemuda itu menelanjangi korban, dan tak menghiraukan teriakan
para korban," ucap Saragih.
Tak Berani Menolong
Warga masyarakat yang ikut menyaksikan peristiwa itu tidak ada
yang berani menolong dua wanita muda itu, karena menurut Saragih,
orang yang berani menolong akan terkena pukulan.
"Ada orang yang berdiri di samping saya berniat menolong.
Tapi, ia pun dihantam, sehingga masyarakat lain tidak berani menolong,"
tuturnya.
Ia mengaku tidak tahu persis, bagaimana cerita selanjutnya. "Saya
tidak tega, karenanya saya meninggalkan tempat itu. Dalam pikiran
saya, kedua perempuan itu kemungkinan besar mati."
"Sebab, jika keduanya dilemparkan di Kali Grogol, pasti juga
mati. Airnya kan hitam sekali," katanya.
Belakangan, ia mendengar dari tetangganya seorang sopir mikrolet
yang juga menyaksikan peristiwanya; dua gadis itu diperkosa di
dekat jembatan...(K-10)
|