Kerusuhan Jakarta dan Solo Ada Dalangnya
Solo, Kompas
Ketua PP Muhammadiyah HM Amien Rais mengungkapkan, pihaknya memperoleh
informasi bahwa aksi kerusuhan di Jakarta, Solo dan beberapa kota
lain pertengahan Mei lalu, tidak terjadi secara spontan, melainkan
memang ada dalangnya.
"Tentang siapa dalangnya akan ketahuan nanti. Orang Jawa
bilang, sing sapa salah, seleh (siapa salah akan jatuh)."
Hal itu dikemukakannya di depan sekitar 2.000 warga keturunan
di Gedung Perkumpulan Masyarakat Surakarta (PMS), Rabu (10/6),
yang dihadiri Komandan Korem (Danrem) 074/Warastratama Surakarta
Kolonel (Inf) Sriyanto.
Amien Rais mengatakan, hatinya menangis menyaksikan akibat yang
ditimbulkan oleh aksi kerusuhan di Jakarta dan Solo.
"Saya menyaksikan kerusuhan yang terjadi begitu dahsyat di
Jakarta. Tapi di Solo ternyata lebih dahsyat," ujarnya.
Kerusuhan dengan cara merusak, menjarah milik orang dan menginjak-injak
martabat orang lain, menurut Amien Rais, merupakan perbuatan biadab
yang tak bisa diampuni. "Apalagi bila sampai terjadi perkosaan.
Sebagai bangsa kita sungguh malu," tambahnya.
Namun menurut Kolonel Sriyanto, aparat keamanan sudah berusaha
mencegah aksi kerusuhan massa yang terjadi di Kota Solo, Jawa
Tengah, 14-15 Mei lalu, yang menimbulkan kerugian sekitar Rp 600
milyar itu.
"Tidak benar bahwa ABRI memang sengaja membiarkan aksi kerusuhan
itu berlangsung. ABRI tidak tinggal diam begitu saja," tegas
Sriyanto.
Ia menambahkan, "Kami minta maaf, kalaupun akhirnya (kerusuhan)
itu tak berhasil sepenuhnya diatasi. ABRI memang bukan segala-galanya."
Dalam kesempatan sama, Ketua DPC PPP Solo Mudrick Setiawan M Sangidoe
membantah tuduhan yang sempat beredar di masyarakat bahwa pihaknya,
baik selaku kelompok PPP (Solo) maupun Mega-Bintang, menjadi "penggerak"
aksi kerusuhan di Solo. Mudrick juga mempertanyakan adanya kesan
bahwa ABRI tidak berusaha maksimal dalam mengatasi kerusuhan di
Solo.
Kolonel Sriyanto menegaskan, kesan bahwa ABRI tidak sungguh-sungguh
berusaha mengatasi kerusuhan di Solo itu tidak benar. "ABRI
sungguh-sungguh berusaha mengatasi kerusuhan itu, tetapi jumlah
personel ABRI waktu itu amat terbatas. Saat itu, sebagian besar
anggota Kopassus di Kartasura dan Brigade Infanteri/ Kostrad tengah
ditarik ke Jakarta. Personel yang sudah sedikit itu, sebagian
ditugaskan untuk mendukung Polri yang mengamankan aksi unjuk rasa
mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Surakarta," tuturnya.
Selain itu, kata Sriyanto, di tengah-tengah kerusuhan seperti
itu, sulit bagi ABRI melakukan tindakan tegas, mengingat yang
ada di sana bukan hanya kaum perusuh melainkan lebih banyak massa
penonton.
Harus diusut tuntas
Sementara itu, Badan Komunikasi Penghayatan Kesatuan Bangsa (Bakom
PKB) Pusat dalam pernyataan yang dikeluarkan dalam jumpa persnya
di Jakarta, menyebutkan, pemerintah harus mengusut pelaku kerusuhan
14 Mei 1998, serta membuat pernyataan terhadap peristiwa itu.
Jika tidak, maka peristiwa itu seolah-olah ditolerir terjadi,
dan akan berdampak buruk terhadap kehidupan bangsa.
Hadir dalam jumpa pers itu pimpinan Bakom PKB, antara lain, Rosita
S Noer, Dr Bachtiar Aly, Fikri Jufri, Usman Admadjaja, dan Sekretaris
Umum Bakom PKB Indradi Kusuma.
Rosita Noer menegaskan, bila pemerintah tidak mampu menyelesaikan
masalah itu, maka Bakom PKB akan meminta lembaga internasional
hak asasi manusia untuk menyelesaikannya.
Hingga saat ini, sekitar 1.286 warga keturunan Cina melaporkan
musibah yang telah menimpa mereka. Mulai dari pembakaran terhadap
toko dan tempat tinggalnya, penjarahan, pemerkosaan, hingga jatuhnya
korban jiwa.
Karena itu, Bakom PKB meminta Presiden BJ Habibie mengeluarkan
pernyataan resmi yang mengutuk atau mengecam Peristiwa 14 Mei.
Selain itu, pemerintah juga diharapkan memberikan penjelasan yang
seluas-luasnya tentang agenda reformasi yang telah disusun.
Permintaan mengusut pelaku kerusuhan juga dikemukakan Dewan Pimpinan
Pusat Persatuan Saudara Baru Indonesia (DPP Persabi). DPP Persabi
meminta kepada Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM)
mengusut tindak pelanggaran HAM dalam kerusuhan 13-14 Mei lalu
secara tuntas.
Permintaan DPP Persabi itu dikemukakan Ketua Umum DPP Persabi
Suripto SH ketika bersama sejumlah saksi korban datang ke Komnas
HAM, kemarin. Persabi diterima anggota Komnas HAM, M Salim dan
Clementino dos Reis Amaral.
Menurut Suripto SH, pengusutan itu perlu sekali karena sekarang
ini berbagai macam isu beredar di masyarakat sekitar terjadinya
kerusuhan ini, yang dampaknya bisa terus menumbuhkan rasa ketakutan
dan tidak aman di sejumlah kelompok masyarakat.
Anggota Komnas HAM, M Salim dalam tanggapannya menjelaskan bahwa
Komnas HAM pun sampai sekarang terus mengumpulkan berbagai data
dan saksi mengenai terjadinya tindak kriminalitas perkosaan saat
terjadinya kerusuhan, serta secara umum mendalami mengapa sampai
terjadi aksi kerusuhan massa tersebut. Komnas juga sudah mengangkat
persoalan perlakuan pejabat yang tidak menerapkan prinsip kesamaan
dan persamaan terhadap seluruh warga Indonesia.
Khawatirkan keselamatan
Ketua Partai Pembauran Indonesia (Parpindo) HM Jusuf Hamka mengemukakan,
sekitar 100.000 pengusaha keturunan Cina masih berada di luar
negeri setelah terjadi kerusuhan yang melanda Jakarta dan sekitarnya
pertengahan Mei lalu.
Parpindo mengimbau mereka agar segera kembali dan bersama-sama
dengan segenap lapisan masyarakat Indonesia mengatasi krisis yang
sedang melanda. Namun warga keturunan tersebut masih cemas akan
keselamatan dan kepastian hukum, setelah meletusnya kerusuhan
13-14 Mei lalu.
Dalam pertemuan yang dihadiri pengurus Parpindo antara lain Wakil
Ketua Umum Parpindo Dih Liang, Ketua Dewan Penasihat Junus Jahja,
Wakil Bendahara Umum Verawati Fajrin, dan Ketua Partai Masyumi
Baru Ridwan Saidi, Jusuf Hamka menambahkan, dengan pernyataan
BJ Habibie perihal pribumi dan nonpribumi, berarti saat ini pemerintah
sangat mendukung adanya pembauran bangsa dan tidak membeda-bedakan
kalangan pribumi atau nonpribumi.
"Sebagai tindak nyata, sebaiknya pemerintah segera mencabut
kebijakan SBKRI (Surat Bukti Kewarganegaraan RI) dan tanda penggolongan
dalam KTP (Kartu Tanda Penduduk) bagi warga keturunan," kata
Jusuf Hamka.
Parpindo menyatakan diri sebagai partai politik berasaskan Pancasila,
yang menjadi wadah bagi rakyat Indonesia tanpa memandang suku,
agama, ras, dan antargolongan (SARA). (asa/gg/uu/oki/ely/ppg)
|