Tidak Berjalannya Proses Asimilasi Mendorong Pembentukan Parpindo
Berdirinya Partai Pembauran Indonesia (Parpindo) merupakan reaksi
atas tidak berjalannya proses pembauran yang dijalankan Golkar
sebagai kelompok yang berkuasa, dan bangkitnya kesadaran reformasi
orang-orang keturunan Cina di Indonesia, khususnya di antara kalangan
menengah ke bawah. Demikian dijelaskan H Junus Jahja, salah satu
penggagas berdirinya Parpindo yang secara resmi akan diumumkan
pada hari Rabu (10/6).
Dalam percakapan dengan Kompas, Junus Jahja (71) yang sampai sekarang
masih menjabat sebagai anggota Dewan Penasihat ICMI Pusat, mengatakan,
selama ini Golkar yang memegang kekuasaan pemerintah tidak pernah
membela kepentingan orang-orang keturunan Cina. "Golkar tidak
membela kepentingan kita, itu sebabnya kita harus mempunyai partai
yang mewadahi semangat pembauran," kata Junus.
"Kita ini bukan economic animals, dan juga bukan mewakili
kelompok yang bersemangat cukongisme," tambahnya. Selain
Parpindo, partai politik lain yang bernapaskan keturunan Cina
dan diumumkan pembentukannya pekan lalu adalah Partai Reformasi
Tionghoa Indonesia atau Parti. Parpindo, menurut Junus, pertama
kali dicetuskan oleh HM Jusuf Hamka, dan ia diminta hadir ketika
pertama kali dicetuskan deklarasinya.
Kerusuhan yang melanda Jakarta tanggal 13-14 Mei lalu, diakui
sebagai faktor pencetus pendirian partai ini.
Menurut Junus, selama ini pembauran orang-orang keturunan Cina
di Indonesia tertutup praktek-praktek yang disebutnya sebagai
monkey business. "Padahal di antara orang-orang keturunan
Cina ini ada pemain bulu tangkis, dokter-dokter yang bekerja sebagai
pegawai negeri, dan lainnya. Selama ini mereka dipukul rata saja
dan pergerakan pembauran di Indonesia tidak lagi ditangani oleh
mereka yang mempunyai perhatian terhadap masalah ini, tapi sudah
kemasukan orang-orang yang menginginkan pembahasannya meluas tidak
hanya pada masalah Cina saja" kata Junus.
Akibatnya, seperti yang disebut dalam Deklarasi Parpindo, pemerintahan
lama meninggalkan persoalan-persoalan serius di bidang persatuan
dan kesatuan bangsa yang terkoyak-koyak oleh huru-hara berbau
SARA dan terbengkalainya pembangunan ekonomi yang mengakibatkan
semakin lebarnya jurang antara si kaya dan si miskin serta memperparah
penderitaan rakyat kecil. "Selama pemerintahan lama, tidak
pernah terpikirkan politik yang bisa dimainkan oleh orang-orang
keturunan Cina, sehingga kesenjangan kaya-miskin ini berjalan
paralel dengan kesenjangan ras," kata Junus.
Sumpah Pemuda
Oleh karena itu, lanjut Junus, momentum reformasi sekarang ini
dimanfaatkan untuk proses pembauran dan nation-building, melalui
pembentukan sebuah partai politik yang disebut Parpindo. "Kalau
tidak melalui partai, tidak akan terdengar oleh masyarakat bahwa
masalah
pembauran ini merupakan persoalan yang serius," kata Junus.
Deklarasi Parpindo yang ditandatangani oleh Budi Santoso, HM Jusuf
Hamka, dan Dr Dih Liang menyebutkan, perlunya sebuah wadah partai
politik yang dapat menampung aspirasi masyarakat yang peduli pada
masalah pembauran bangsa dan pemberdayaan ekonomi rakyat. Parpindo
berasaskan Pancasila dan bersifat terbuka bagi seluruh warga negara
tanpa memandang suku, keturunan, dan agamanya.
Menurut Junus Jahja, Parpindo akan bergerak sampai ke grass-root.
"Jangan orientasi seperti dulu lagi, partai ini harus berorientasi
ke rakyat.
Partai ini ingin menunjukkan hal-hal yang konkret," lanjut
Junus.
"Kita semua harus turun tangan untuk terus melaksanakan Sumpah
Pemuda dan nation-building, supaya tidak ada begajul-begajul yang
memegang jalannya proses pembauran ini," jelas Junus tentang
keterlibatannya dalam Parpindo. Dikatakan, selama ini pemerintah
tidak
melaksanakan rekayasa sosial menuju ke arah pembauran yang harmonis.
Dikatakan, tanggapan terhadap berdirinya Parpindo ini luar biasa.
"Saya seperti membuka kotak pandora. Mereka yang tertarik
dengan Parpindo mengatakan harus ada yinijen (orang Indonesia
dalam bahasa Cina -Red) tidak bisa hanya mereka yang tenglang
(orang Cina-Red)," jelas Junus.
Dengan munculnya partai orang-orang keturunan Cina ini, Junus
juga menyatakan tidak terlalu khawatir akan terjadinya polarisasi
yang saling bertentangan karena kepentingan-kepentingan yang berbeda.
"Fungsi-fungsi partai akan terbukti dalam praktek dan pada
akhirnya akan terjadi seleksi alamiah. Dan kita juga berupaya
untuk tidak menimbulkan persepsi eksklusif, konstituensinya juga
nggak mau kalau Parpindo eksklusif," kata Junus yang menambahkan
akan segera mendirikan cabang di DKI Jakarta, Yogyakarta, Semarang,
Surabaya, dan Pontianak.
Ditambahkan, ia sendiri merasa cocok dengan gagasan pembentukan
Parpindo yang dilontarkan Jusuf Hamka yang dianggap cocok dengan
Piagam Asimilasi yang ditandatangani tahun 1961. Dengan berdirinya
Parpindo, tambahnya, pemerintahan akan mendapatkan berbagai masukan
tentang masalah-masalah yang berkaitan dengan pembauran. (myr/rlp)
|