Dikerjai di Jalan Tol Cikampek-Jakarta
Minggu, Juli 26, 1998

Banjarmasin Post

LAGI kisah tragis dari tiga korban perkosaan pada saat peristiwa kerusuhan terjadi di Jakarta pertengahan Mei lalu. Tiga orang warga keturunan Tionghoa dari Bandung semula berniat membeli stok pakaian di Jakarta. Mereka bertiga, Ibu, anak dan adiknya naik mobil dengan menyetir sendiri.

Namun nasib sial menimpa mereka. Ketika kendaraannya melaju di Jalan Tol Cikampek, sekelompok massa menghadang keluarga tersebut. Si ibu yang menyetir berhenti. Orang-orang yang tak dikenal itu kemudian menyuruh turun sambil mengatakan bahwa Jakarta sedang rusuh.

Tetapi apa yang terjadi kemudian? Massa yang umumnya beringas dan tak diketahui datangnya dari mana itu kemudian menggulingkan mobil sedan tersebut untuk kemudian membakarnya. Ketiganya pun kaget dan berteriak meminta tolong. Tetapi, kendaraan yang datang dari arah Bandung maupun dari Jakarta langsung berbelok arah lagi ketika melihat api mulai melumat kendaraan mereka.

Mulanya, ketiga orang itu, sebut saja Nuri (47), Yuli (43) dan Yati (25) tak mengira bahwa peristiwa itu bakal terjadi. Ketika mobilnya dibakar mereka berusaha mencari perlindungan dengan cara mencari jalan keluar tol lewat semak-semak di pinggirnya. Tetapi kemudian beberapa orang menghampiri mereka. Serta merta mereka mendengar ancaman menyuruh berhenti, kalau tidak akan dibunuh.

Mereka pun tak bisa berbuat banyak ketika sejumlah laki-laki beringas menggarapnya di pinggir jalan tol yang waktu itu dalam keadaan gelap. Cahaya api dari arah kendaraan terbakar tidak sampai ke situ karena terhalang benteng pembatas jalan tol. Dari ketiga orang tersebut, Yati, gadis mungil yang menerima perlakuan amat tragis. Selain ditelanjangi dia digilir beberapa orang sedangkan Nuri dan Yuli hanya dirobek-robek celananya sementara roknya masih tetap utuh.

Meski akhirnya mereka diperlakukan seperti hewan, namun ketiganya berhasil menyelamatkan diri. Paling tidak nyawa mereka tidak lepas karena penduduk setempat keburu menyembunyikan mereka dan akhirnya bisa sampai ke rumahnya keesokan harinya.

Menurut Ester Yusuf dari Solidaritas Nusa Bangsa yang menerima pengaduan ketiga orang itu, peristiwa tersebut merupakan bagian yang tak terpisahkan dari peristiwa serupa yang terjadi di Jakarta.

Dari hasil pengumpulan Tim Relawan Untuk Kenanusiaan, khusus di Jakarta, perkosaan lebih cenderung terjadi di beberapa tempat. Meski kerusuhan hampir menyeluruh terjadi di seputar Jakarta, tetapi wilayah perkosaan sepertinya terpusat di beberapa tempat. Di Jakarta barat, terjadi di Muara Angke, Jelambar, Jembatan Dua, Jembatan Tiga, Jembatan Lima, Jembatan Besi, Cengkareng dan Glodok serta kawasan Kota.

Di Jakarta Utara terjadi di kawasan Pluit, Mangga Dua, Pantai Indah Kapuk dan Kepala Gading, sedang di luar Jakarta terjadi di Depok, Bekasi, Lenteng Agung, Tangerang, Ciledug dan Cikarang. Di Bekasi, selain di Tol Bekasi (Cikampek-Jakarta) juga di beberapa perumahan warga.

Dari pengumpulan data tersebut, Tim Relawan berkesimpulan bahwa daerah-daerah yang dijadikan sasaran perkosaan adalah daerah yang umumnya ditinggali warga keturunan Tionghoa. Ini artinya jelas bahwa sasaran mereka memang keturunan Tionghoa. Tim Relawan juga mencatat bahwa menurut dugaan, besar kemungkinan modus operandi perkosaan itu dilakukan dengan cara sistematis dan terorganisir yang dipakai dalam pengrusakan dan pembakaran. Pada hampir semua kasus, kedekatan yang sangat kuat antara cara pengrusakan dan perkosaan massal mengisyaratkan bahwa kedua peristiwa itu terjalin sebagai satu kesatuan terencana.

Sebagai contoh, setiap peristiwa selalu didahului oleh adanya sekelompok massa atau orang tak dikenal yang memasuki rumah. Bahkan teriakan atau kalimat, "Pisahkan wanita-wanita cina" kerap terdengar jelas oleh para korban. Dengan begitu bisa disimpulkan bahwa memang arah perlakuan begitu ditujukan pada orang-orang tertentu dalam hal ini keturunan Tionghoa. (tatang suherman)


BACK