GADIS WNI KETURUNAN JADI KORBAN PELECEHAN SEKSUAL.
Suara Merdeka.
Jumat, 10 Juli 1998

SALA - Belum lepas dari trauma akibat munculnya kasus pemerkosaan dan pelecehan seksual terhadap sejumlah wanita WNI keturunan Tionghoa di berbagai kota, kasus serupa kembali terulang di Sala. Korban kali ini sebut saja Kasih (24), putri pemilik sebuah pemilik toko di Jl Slamet Riyadi, Sala.

Kejadian berawal dari kedatangan empat pemuda berbadan tegap dan berambut cepak ke toko yang sekaligus sebagai tempat tinggal korban pada Rabu malam lalu (8/7). Menggunakan mobil Suzuki Carry, kawanan itu menawarkan jasa antar-jemput karyawan dan ingin bertemu pemilik rumah atau orang tua korban.

Pembantu wanita toko, Sutiyem, membukakan pintu dan mempersilakan tamu masuk ke ruang dalam. Empat lelaki itu berpenampilan rapi dan mengenakan pakaian seragam putih hitam. Namun tiba-tiba para tamu tak diundang itu bertindak beringas, mengalungkan celurit ke leher Sutiyem. Perampok tidak hanya membawa celurit, tapi juga senjata mirip pistol.

Dengan tubuh gemeter, wanita malang itu menunjukkan ruangan pemilik toko pembuat stempel tersebut. Saat kejadian di rumah hanya ada tiga orang, yakni korban, adiknya bernama KS (20), dan Sutiyem. Kasih dan adik lelakinya, KS, yang tak tahu didatangi kawanan perampok tak mampu berteriak minta pertolongan. Di bawah todongan senjata api, ketiga penghuni rumah disekap di WC.

Dilucuti

Adapun Kasih sebelum dibawa ke WC oleh perampok dipaksa masuk kamar tidur dan dilucuti semua pakaiannya. Bahkan pakaian dalam gadis Tionghoa itu digunakan untuk mengikat kedua tangannya. Saat itulah salah seorang perampok diduga menyetubuhi korban.

Menurut sejumlah tetangga korban, kejadian selepas salat isya itu tidak mengundang kecurigaan meski di sekitar tempat tersebut banyak orang berteduh akibat hujan deras. ''Kami tak mendengar suara jeritan minta tolong. Kami baru tahu ada kejadian perampokan dari pembantu toko itu,'' kata Abdulah, tetangga korban.

Kapolresta Letkol Imam Suwangsa belum bisa memastikan apakah korban diperkosa atau tidak. Sebab hingga kemarin belum dapat dimintai keterangan akibat shock setelah mengalami peristiwa itu. ''Yang kami tahu korban dilucuti pakaiannya. Namun belum ada petunjuk telah terjadi pemerkosaan. Hanya pelecehan seksual,'' jelasnya.

Dari rumah korban, katanya, kawanan perampok mengambil dompet berisi surat-surat dan uang sekitar Rp 25.000. ''Kami masih menyidik apakah ada motif lain di balik kejadian itu. Sebab di toko itu ada sejumlah barang berharga lain, tapi sama sekali tak dijamah para pelaku.''

Dari pengakuan korban, tambah Kapolres, keluarga pemilik toko itu sebelumnya sering menerima ancaman lewat telepon. Intinya, keluarga itu diminta menyediakan sejumlah uang bila ingin keselamatannya terjamin. ''Penelepon itu mengaku anggota salah satu organisasi kepemudaan,'' katanya tanpa menyebutkan nama organisasi tersebut.

Masih kata Letkol Imam, senjata api yang digunakan dalam aksi itu diperkirakan jenis pistol. Namun dia belum mengetahui apakah senjata itu merupakan standar ABRI atau bukan. ''Kuncinya pada saksi korban. Padahal saat ini kami tak mungkin memaksa korban memberikan keterangan sebab dia masih trauma.''(san-42g)


BACK