KORBAN PERKOSAAN SEKARANG HAMIL .
SUARA MERDEKA

Sabtu, 4 Juli 1998

JAKARTA
Menteri Peranan Wanita Ny Hj Tutty Alawiyah mengutuk tindak perkosaan yang dilakukan para perusuh pada tragedi 13 - 14 Mei 1998 lalu di Jakarta, yang menimpa sejumlah wanita Tionghoa. Ia meminta agar pelaku kerusuhan dan perkosaan diusut tuntas dan dijatuhi hukuman berat.

"Saya amat sedih atas apa yang menimpa para wanita korban perkosaan itu. Jadi tidak benar kalau dikatakan Menteri Peranan Wanita tidak peka dan tidak tanggap. Begitu mendengar ada kerusuhan itu, kami langsung menurunkan tim untuk mencari data. Namun ternyata kami kesulitan memperoleh data itu,'' katanya pada dialog di UI kampus Depok, kemarin.

Dalam dialog itu, Dini, staf pengajar Fakultas Psikologi UI menginformasikan, beberapa wanita Tionghoa korban perkosaan pada aksi kerusuhan di Jakarta itu sekarang hamil. Sebagian di antara mereka berada dalam kondisi psikologis yang amat menyedihkan. Sejumlah sukarelawan sedang mencari upaya penyelesaian masalah ini, dan sedang dijajaki kemungkinan dilakukannya aborsi.

Fakta itu terungkap dalam pertemuan Menteri Peranan Wanita Ny Hj Tutty Alawiyah dengan civitas akademika Fakultas Psikologi UI, kemarin. Prof Dr Sarlito Wirawan yang memandu acara amat membatasi pembicaraan hanya seputar data dan fakta seputar perkosaan, kendati beberapa peserta mencoba membelokkan pembicaraan.

Dini mengaku mendapat telepon dari temannya seputar kehamilan wanita korban perkosaan itu. "Hanya jumlahnya berapa belum ada kejelasan. Yang pasti seorang di antaranya selalu berendam di bak mandi dalam kondisi yang amat bingung dengan kehamilannya itu,'' tuturnya.

Suasana dialog kemarin terasa amat mengharukan. Berbagai data, meski dengan identitas korban yang amat samar, memunculkan kesedihan bercampur rasa marah di antara hadirin. Kebrutalan yang dialami para korban, rasanya tidak mungkin dilakukan oleh orang-orang yang normal.

Kepada wartawan Dini mengemukakan, semua pihak hendaknya bisa mengambil langkah dan sikap yang tepat menghadapi kasus ini. "Jangan kita terpaku terhadap persoalan dosa dan tidak dosa atas upaya penyelesaian yang tengah dilakukan,'' katanya mengenai kemungkinan diambilnya tindakan aborsi.

Jalan keluar yang diambil haruslah yang mampu menyejukkan hati mereka yang tengah hancur secara psikologis. "Apabila nanti muncul polemik, itu justru akan makin menghancurkan mereka secara psikologis. Karena itu, kita harus menyelesaikan dengan kepala dingin,'' katanya.

Ia kemudian menceritakan bagaimana para wanita itu diperkosa. "Tidak hanya oleh satu atau dua orang, tapi oleh sekelompok orang, berlangsung berjam-jam dan bergantian. Coba bayangkan. Sekarang masih ditambah dia hamil akibat perkosaan itu,'' tuturnya.

Kesulitan Data

Tutty sengaja datang ke Fakultas Psikologi UI untuk mencari data seputar korban perkosaan pada tragedi Mei lalu. Ia ditemui Dekan Prof Dr Sarlito Wirawan, Kristi Purwadani, Koordinator Pusat Krisis Psikologi, serta sejumlah staf pengajar. Sejumlah pengurus dan anggota Persatuan Saudara Baru Indonesia, yang dipimpin H Usman Effendi, dan LSM turut hadir memberikan masukan.

Ia mengakui kesulitannya mendapatkan data, disebabkan adanya ketidakpercayaan masyarakat terhadap Pemerintah. Karena itu, ia telah menemui Kapolri dan Kapolda agar menindak pelaku perkosaan. Ini untuk memberikan jaminan keamanan dan perlindungan hukum kepada mereka. "Saya mengakui, ketika terjadi kerusuhan, kasus perkosaan itu memang terjadi. Karena itu, saya tidak memerlukan bukti atas adanya kasus itu. Yang penting sekarang adalah memberikan rasa aman kepada korban,'' tegasnya.

Ketika ditanya apakah Pemerintah akan meminta maaf dalam hal ini, Tutty mengatakan akan melihat persoalan terlebih dulu. "Apakah memang sudah sebegitu rupa, sehingga harus minta maaf. Saya kira apa yang sudah disampaikan Pemerintah selama ini sudah mengindikasikan ke arah itu. Dan sikap mengutuk ini juga sudah cukup,'' katanya.

Tutty berjanji akan segera mengunjungi korban perkosaan. "Tapi saya kira tidak bisa saya umumkan, saya akan melakukannya dengan rahasia, mengingat ini masalah yang amat peka bagi para korban,'' lanjutnya.


BACK