KOMPAS: "Kebhinnekaan adalah Aset Bangsa"

Jakarta, Kompas

Pluralitas atau keanekaragaman dan kebhinnekaan adalah kenyataan yang harus diterima oleh segenap bangsa Indonesia. Namun, pembentukan sikap dan pola pandang bangsa yang sadar bahwa keanekaragaman itu adalah aset bangsa, saat ini masih belum tercipta.Demikian dikatakan Rektor Universitas ParamadinaMulya Dr Nurcholish Madjid dalam seminar bertema "Masalah Pri dan Non-pri Dewasa Ini", yang diselenggarakan Yayasan Dharma Wulan (Warga Usia Lanjut), Rabu (24/6).

Selain Dr Nurcholish Madjid, hadir pula sebagai pembicara adalah ekonom Drs Kwik Kian Gie. Di jajaran peserta tampak Ny Try Sutrisno, Prof Saparinah Sadli dan pengamat politik Harry Tjan Silalahi.

Cak Nur, panggilan akrab Nurcholish, mengemukakan, hubungan sosial politik antara pribumi dan non-pribumi selama ini, diwarnai rasa saling khawatir satu sama lain. Keadaan seperti ini, tidak dapat dibiarkan. Sebab itu, saat ini, yang paling penting adalah mengembalikan rasa aman bagi segenap warga negara, sehingga dapat menumbuhkan rasa sadar bahwa keanekaragaman itu aset bangsa.

Untuk menumbuhkan kesadaran bahwa keanekaragaman itu adalah aset bangsa, maka segala pandangan stereotip terhadap warga keturunan Cina, harus dihapuskan.

Menurut Cak Nur, untuk mencegah terjadinya kembali kerusuhan massa, harus ada kemauan politik dari para pemimpin yang otentik secara etis dan moral. Selain itu, harus ada keterbukaan dan kejujuran, dalam penyelenggaraan pemerintahan dan kekuasaan. Faktor itu juga merupakan kunci penting penyelesaian masalah pribumi dan non-pribumi.

Tidak halal

Menanggapi peserta yang mempertanyakan ucapan seorang pejabat, bahwa dalam kerusuhan medio Mei itu para perusuh hanya mengambil apa yang menjadi haknya, Cak Nur menyatakan, "Pendapat itu sama sekali tidak betul".

Ekonom Drs Kwik Kian Gie menyatakan, tugas pemimpin di mana pun adalah membina perasaan dan emosi saling mengasihi di antara warga negaranya, serta meredam emosi hewani yang destruktif terhadap satu sama lain. Menurut Kwik, bangsa Indonesia mempunyai tokoh-tokoh yang disegani seperti Cak Nur, Amien Rais, dan Gus Dur, yang telah bertekad melindungi dan mengayomi seluruh lapisan masyarakat, tanpa melihat latar belakang, dari segala ancaman orang sesat, yang diorganisir oleh orang yang sesat pula.

Kwik mengatakan, di mana saja ketimpangan sosial akan menimbulkan kecemburuan dan kerusuhan sosial. Ia mengatakan, warga keturunan pun sebenarnya muak terhadap sekelompok kecil konglomerat yang hanya bermodalkan kolusi dengan kekuasaan.

Faktor integratif

Pengamat politik Harry Tjan Silalahi menegaskan, pembauran harus didukung oleh pengembangan dan peningkatan faktor integratif bangsa dan menghindari faktor disintegratif.

Ia juga berharap agar dapat terbentuk sebuah usaha untuk mencari sosok kebangsaan Indonesia yang sejati, supaya Indonesia menjadi satu kesatuan etis dan politik, tidak hanya kesatuan etnis. "Cak Nur semoga turut serta," kata Silalahi.

ABRI, menurut Silalahi, harus segera mewujudkan instruksi Presiden untuk mengungkap kasus kerusuhan. Seluruh bangsa Indonesia terhindar dari nama jelek, karena yang melakukan adalah oknum.

Silalahi juga meminta Mendagri untuk memberikan instruksi tertulis kepada Gubernur dan wali kota untuk meringankan pengurusan adminstrasi para korban kerusuhan. (gg)


BACK