"Kami Menggugat Menhankam Jenderal Wiranto"

Wawancara Ester Indahjani Jusuf:

"Kami Menggugat Menhankam Jenderal Wiranto"

Melihat kenyataan bahwa sebagian besar korban kerusuhan pertengahan Mei 1998 lalu adalah etnis Tionghoa, maka beberapa aktivis dan pengacara muda LBH Jakarta membentuk Komite Pemuda Indonesia untuk Penghapusan Diskriminasi Ras dan Yayasan Solidaritas Nusa Bangsa. Kepada Iwan Setiawan dari TEMPO Interaktif, Ester Indahjani Jusuf, 27 tahun, Ketua Dewan Pekerja Solidaritas Nusa Bangsa ini mengatakan,

"Kami akan melakukan gugatan class action terhadap Menhankam atas banyaknya WNI

keturunan yang menjadi korban kerusuhan itu."

Berikut petikan wawancara dengan Ester, pengacara di LBH Jakarta, Jumat, 12 Juni, di kantornya, Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat.

---------------------------------------------------------

Tempo:Bagaimana ide awal pembentukan Yayasan Solidaritas Nusa Bangsa ini?

Ester:Awalnya, ketika kami mengamati bahwa selama kerusuhan yang melanda Jakarta, Mei lalu, kebanyakan korbannya adalah orang Cina. Sepertinya tidak ada perlindungan hukum buat mereka, bahwa mereka bisa dijarah, dibunuh, atau diperkosa tanpa bisa berbuat apa-apa. Sedangkan di saat hal itu terjadi, aparat tidak berbuat apa-apa untuk melindungi orang Cina. Sedangkan perangkat hukum yang ada tidak mampu melindungi mereka. Jadi, kelahiran Yayasan Solidaritas Nusa Bangsa adalah untuk menghapus diskriminasi rasial yang masih ada di Indonesia.

Apakah perlindungan terhadap korban kerusuhan terbatas pada etnis Cina saja?

Sama sekali tidak. Hanya kebetulan yang menjadi korban pada kerusuhan di Jakarta pada Mei lalu itu mayoritas etnis Cina. Tetapi yang lebih penting adalah yayasan ini berjuang untuk menghilangkan diskriminasi rasial. Seperti apa yang terjadi pada suku Aborigin di Australia, kami juga tidak ingin hal semacam itu terjadi di Indonesia.

Siapa saja yang menjadi anggota Yayasan?

Yang banyak terlibat dalam pendirian Yayasan adalah para pengacara di LBH Jakarta, beberapa individu yang peduli terhadap masalah HAM di Indonesia, beberapa intelektual, serta rohaniwan. Sampai saat ini, sudah puluhan simpatisan yang menyediakan diri untuk membantu Yayasan. Beberapa intelektual tersebut antara lain adalah Muhammad AS Hikam,

Arief Budiman, Christianto Wibisono, serta SAE Nababan.

Anda sendiri?

O ya, secara organisasi, Yayasan terbagi menjadi tiga bagian.

Pertama, Dewan Penasihat, yang bertugas memberi saran-saran terhadap Yayasan.

Kedua, Dewan Pakar. Tugasnya menyiapkan rancangan undang-undang antidiskriminasi. Anggotanya, antara lain, Prof Bagir Manan, Arbi Sanit, dan Ong Hok Ham.

Yang ketiga, Dewan Pekerja Yayasan, tempat saya sendiri menjadi ketua.

Apa saja yang telah dilakukan oleh Yayasan untuk membantu korban kerusuhan?

Sejak berdirinya seminggu yang lalu, kami saat ini sedang mengumpulkan data mengenai jumlah etnis Cina yang menjadi korban kerusuhan Mei lalu. Dan kami juga sedang mempersiapkan diri untuk melakukan gugatan class action terhadap pemerintah atas banyaknya etnis Cina yang menjadi korban kerusuhan. Selain itu, Dewan Pakar sedang membahas rancangan perundang-undangan antidiskriminasi. Lantas kami juga mengadakan

pendidikan untuk masyarakat, yang isinya membahas persamaan hak warga negara.

Sejauh ini berapa banyak korban kerusuhan Mei itu?

Walau baru seminggu keberadaan Yayasan ini, tetapi sudah puluhan kasus yang sudah tercatat hingga saat ini. Saya tidak tahu persis berapa jumlah korbannya, tetapi masih banyak data yang belum lengkap.

Bentuk-bentuk kekerasan macam apa saja yang dialami para korban?

Jumlah korban yang terbanyak adalah korban pemukulan dan penganiayaan, lantas penganiayaan yang disertai perampokan, penjarahan maupun pembakaran rumah. Jumlah korban perkosaan wanita juga tak kalah banyaknya. Juga ada pembunuhan.

Bagaimana kondisi mereka saat ini?

Banyak di antara korban kerusuhan yang sekarang trauma dan sangat ketakutan. Mereka inilah yang sebenarnya butuh bantuan psikolog.

Kabarnya, ada saksi yang melihat ada korban yang dikunci dalam rumah dan dibakar hingga meninggal setelah sebelumnya dijarah?

Untuk kasus semacam itu, saya telah mendengarnya. Bahkan ada yang lebih sadis, seperti adanya mayat perempuan muda yang diambil dari rumah duka, lantas dikeluarkan dari peti mati, lalu disetubuhi. Tetapi belum ada saksi atau keluarga korban yang berani mengadukan kasus semacam ini. Mereka saat ini sangat ketakutan. Tetapi ada kasus yang sudah dicatat

bahwa ada perusuh yang setelah menjarah habis isi rumah, lantas membakar rumah itu, padahal para perusuh itu tahu bahwa ada seorang nenek yang sudah lumpuh tinggal dalam rumah.

Apa yang membuat para perusuh sekejam itu?

Saya sendiri tidak habis mengerti mengapa mereka bisa sekejam itu.

Di daerah mana saja Anda melakukan pendataan korban?

Untuk sementara waktu, kami melakukannya di Jakarta lebih dulu. Kemungkinan besar, minggu depan di Solo. Sebenarnya, Medan juga sudah meminta agar di sana dibuka cabang Yayasan Nusa Bangsa, tetapi terpaksa kita tangguhkan dulu karena keterbatasan tenaga.

Amien Rais bilang bahwa kerusuhan di Jakarta dan Solo didalangi oleh sekelompok orang tertentu. Anda setuju?

Jika melihat kerusuhan yang terjadi di Jakarta, di mana pembakaran, penjarahan, bahkan pemerkosaan berlangsung secara sistematis, maka apa yang dilontarkan Amien Rais itu kemungkinan besar benar. Apalagi jika melihat pernyataan Pangdam Jaya bahwa ada sekelompok orang yang menggerakkan kerusuhan itu, dan mereka bertujuan menjatuhkan Pangab Wiranto. Maka sudah menjadi kewajiban ABRI untuk mengusut tuntas kerusuhan ini dan membawanya ke pengadilan.

Kesulitan apa yang ditemui di lapangan ketika pendataan korban?

Kesulitan terbesar adalah hampir semua warga etnis Cina saat ini sangat ketakutan. Jangankan untuk menceritakan nasibnya, bahkan untuk membuka kembali usahanya mereka masih sangat ketakutan.

Selama melakukan tugas, pernahkah Anda atau anggota tim relawan lainnya diteror atau diancam?

Saya tidak tahu apakah hal ini termasuk ancaman atau bukan, tetapi semenjak saya aktif di Yayasan, beberapa kali telepon di rumah dihubungi orang tak dikenal. Pertanyaan mereka juga mengada-ada, tetapi saya bersama teman-teman lainnya bertekad untuk terus melangkah.

Siapa yang seharusnya bertanggung jawab atas keselamatan orang Cina?

Negara sebenarnya punya dua kewajiban utama terhadap warga negaranya.

Pertama, memberikan kesejahteraan kepada warga negaranya.

Yang kedua, memberikan rasa aman kepada warga negara. Jadi sebenarnya yang harus melindungi warga etnis Cina adalah negara, dalam hal ini pemerintah.

Apakah yang dilakukan pemerintah untuk menanggulangi korban kerusuhan ini sudah mencukupi?

Sama sekali belum. Selama ini yang justru lebih aktif terlibat dalam penanggulangan korban kerusuhan adalah anggota-anggota masyarakat yang merasa terpanggil. Sebenarnya hal ini sangat tidak memadai, karena jumlah korbannya sangat banyak, dan tersebar di banyak tempat. Seharusnya, pemerintah segera bertindak cepat, karena bagaimanapun juga etnis Cina adalah bagian dari masyarakat Indonesia. Dan sebenarnya mereka punya kedudukan yang sama dengan anggota masyarakat lainnya.


BACK