Lima Pemuda Deklarasikan Partai Reformasi Tionghoa Indonesia

Para pemuda keturunan Cina mendeklarasikan Partai Reformasi Tionghoa Indonesia disingkat Parti. Alasan mendirikan Parti, ingin menunjukkan jati diri orang-orang Tionghoa yang selama ini dicap hanya memikirkan diri sendiri dengan menjadi pedagang atau wiraswasta.

Targetnya, meraih suara dari 5 juta warga keturunan Cina di Indonesia, baik mahasiswa, pedagang, pengacara maupun profesional lainnya sampai konglomerat. Namun mereka menolak disebut partai eksklusif, karena landasan ideologinya Pancasila, yang berarti terbuka

untuk siapa pun walaupun bukan keturunan Cina.

Menurut pemrakarsa deklarasi, Lius Sungkharisma, sudah saatnya orang-orang Tionghoa harus menunjukkan jati dirinya di bidang politik. "Kalau kita memikirkan trauma lama bahwa orang-orang Tionghoa tidak mau kiprah di politik, lalu kapan mulainya? Pada pemerintah Orde Baru memang tidak mungkin muncul, tetapi sekarang era keterbukaan, kenapa tidak sekarang saja kita muncul," ujarnya seusai deklarasi di kantor DPP KNPI, Jumat (5/6) siang.

Deklarator partai ini ada lima orang, yaitu Lius, Cecep Adhi Saputra (GM Budhis Indonesia), Alexander Ferry, Julianus Juta, dan Ponijan. Mereka ini aktivis pemuda, pengacara, wiraswasta dan mahasiswa di Jakarta.

Saat ini, jelas Lius, Parti belum akan mendaftarkan diri ke Depdagri karena menunggu sampai pemerintah mengumumkan adanya UU baru mengenai Kepartaian. Oleh karena itu, Parti akan konsolidasi ke berbagai daerah dalam rangka pembentukan cabang-cabang untuk persiapan menyambut ketentuan baru tersebut. Saat itulah, Parti sudah siap mendafatrkan diri ke Depdagri.

Setelah konsolidasi, Parti akan menggelar rapat kerja dan kongres untuk menentukan kepengurusan dan ketentuan-ketentuan partai baru seperti AD/ART. "Target kita ikut pemilu mendatang, dan kami berharap mendapat perlakuan yang adil juga seperti kontestan lain,"

tegas Lius.

Dengan partai ini, tambahnya, orang Tionghoa dituntut kesadarannya sebagai insan politik dan tidak melulu urusan ekonomi. "Selama ini orang Tionghoa kan hanya dicap pedagang dan tidak pikirkan bangsa ini. Jadi sekarang kita tinggalkan pikiran itu, kita tampilkan jati diri

kita dalam politik," ujar Bendahara Umum DPP KNPI ini.

Apakah sudah meminta petunjuk atau restu pada orang-orang Tionghoa yang sudah mapan dan kaliber tokoh nasional seperti Liem Sioe Liong, Kwik Kian Gie, Sofyan Wanandi dan Christianto Wibisono? "Kami independen, jalan sendiri. Tidak ada petunjuk, tidak ada senior Tionghoa yang jadi beking Parti. Untuk apa? Tidak perlu kami begitu, sowan dan sebagainya. Kalau dulu, zaman Orde Baru tidak berani jika tidak begitu. Sekarang mengapa harus seperti itu," tegas Lius.

Ia menegaskan, pihaknya sama sekali tidak meminta fasilitas dan bantuan apa-apa dari para tokoh Tionghoa itu.

Demikian juga kepada pemerintah. Parti hanya berharap, pihaknya mendapatkan perlakuan yang adil, seperti yang dicita-citakan dalam tujuan Parti yang dideklarasikan ini.

Tentang asasnya, Parti tetap berlandaskan pada ideologi Pancasila. Dalam deklarasi Parti disebutkan, Parti adalah wadah aspirasi dan sarana perjuangan untuk mencapai kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang merdeka, berdaulat, harmonis, adil dan penuh kasih dalam negara kesatuan RI yang berasaskan Pancasila. Dengan asas itu, maka Parti terbuka untuk siapa pun untuk menjadi anggota.

Artinya, Parti tidak membedakan agama, suku, bangsa maupun golongan. Lius memberikan contoh, bagaimana Sekjen KNPI Kaharuddin Syah berniat menjadi anggota Parti setelah membaca dan mempelajari keberadaan Parti. "Kabar bilang ke saya, wah... kalau lihat Parti begini, saya mau menjadi anggotanya," ujarnya. (mer)


BACK