Sofyan Wanandi Ajak WNI Turunan Kembali Membangun Indonesia

JAKARTA (Waspada): Tokoh pengusaha Sofyan Wanandi mengingatkan kepada WNI keturunan yang pergi ke luar negeri akibat peristiwa Medan dan Jakarta, sebaiknya segera kembali ke tanah air. "Demi kepentingan bangsa dan negara yang lebih luas, mari kita sama-sama membangun negeri ini," ujar Sofyan Wanandi kepada wartawan di Jakarta Kamis (4/6).

Sofyan Wanandi yang nama aslinya Liem Bian Koen itu dapat membenarkan kepergian sebagian warga keturunan dari Medan maupun dari Jakarta ke luar negeri sebagai upaya penyelamatan jiwanya dan keluarganya. "Sekalipun demikian dengan perginya mereka seperti itu akan memperburuk citra mereka sendiri di negeri ini. Karena mereka sudah menjadi bagian dari bangsa Indonesia, apapun yang terjadi harus tetap di tanah air, "tandas Sofyan Wanandi.

Dia juga tidak membantah sejak peristiwa 14 Mei lalu warga keturunan sangat trauma, ketakutan sekali, karena kantornya dibakar, rumahnya dibakar, anaknya ada yang mati, ada yang digebuki, ada mobilnya dibakar semua. "Ini membuat mereka trauma, warga keturunan China untuk sementara sekarang ini tidak ada semangat bekerja lagi. Karena demikian, jaringan distribusi (distribution networking) yang selama ini didominasi warga keturunan sekarang macet total".

Menjawab pertanyaan tentang kemungkinan mereka takut kembali karena jaringan distribusi yang selama ini dikuasai warga keturunan akan diganti dengan koperasi atau pengusaha kecil, menurut Wanandi hal itu harus diterima sebagai bagian dari reformasi yang tidak saja diinginkan oleh warga pribumi.

Dia mengatakan, kalau ada yang mengatakan, jaringan distribusi itu mau diganti dengan koperasi atau pengusaha kecil, bukan berarti diambil alih begitu saja, apalagi warga keturunan sudah bekerja dalam beberapa generasi.

Hanya saja yang dibutuhkan warga keturunan sekarang adanya rasa aman, ada kepercayaan pada pemerintah baru yang bisa mengamankan mereka, sehingga suatu saat mereka kembali berbisnis.

"Saya tidak percaya ini bisa mereka lakukan dalam situasi sekarang ini. Tetapi, apapun yang terjadi, masalah ini harus diselesaikan dalam reformasi ini. Masalah warga keturunan harus betul-betul bisa diselesaikan secara tuntas, sehingga peristiwa-peristiwa seperti yang lalu tidak terulang terus".

Kepada wartawan Sofyan Wanandi yang juga pemilik Gemala Group meminta kepada WNI keturunan China agar meninggalkan cara-cara berbisnis yang mereka lakukan selama ini, yang penuh dengan kolusi dan main backing. Mereka harus bekerja transparan dan efisien demi kepentingan bangsa dan negara ini.

WNI keturunan harus mengubah cara-cara bekerjanya dalam berbisnis yang selama ini mengandalkan backing, dan berkolusi. Untuk masa mendatang, cara-cara yang dilakukan seperti itu harus ditinggalkan dan tidak boleh ada lagi.

Mereka harus berintegrasi di dalam ekonomi dengan pengusaha-pengusaha pribumi, bukan hanya berkolusi dengan pejabat-pejabat atau dengan anak-anak pejabat," pinta Sofyan Wanandi.

Untuk itu, tambahnya lagi, dalam era reformasi yang masih terus bergulir sekarang ini, masalah pri dan non-pri harus betul-betul diselesaikan secara tuntas, sehingga pada masa-masa mendatang peristiwa rasial seperti yang terjadi belakangan ini dan puncaknya pada 14 Mei lalu tidak terus-menerus terulang.

"Berkaitan dengan itu, pemerintah harus mempelopori kebijakan-kebijakan yang bisa menempatkan warga keturunan di segala bidang kehidupan bangsa dan negara. Jika mereka mampu menjadi menteri, berikan kesempatan, jika mampu menjadi Dirjen, berikan kesempatan. Jika mampu di Parpol, beri kesempatan memimpin Parpol, jika mampu menjadi militer beri kesempatan," kata pengusaha nasional tersebut.

Dengan cara itu, demikian Sofyan Wanandi, WNI turunan tidak terkungkung hanya dalam urusan bisnis dan dengan cara itu pula mereka akan bisa berintegrasi di dalam segi kehidupan berbangsa dan bernegara. "Ini yang selalu saya cita-citakan dan diharapkan secepatnya bisa terjadi," tukasnya.

Namun demikian dia juga mengimbau kepada warga keturunan China terutama yang muda-muda agar memasuki segala bidang kehidupan bernegara dan berbangsa. "Pokoknya you masuk partai politik dan masuk di mana-mana. Jangan you cuma dagang saja. Kalau sebagian mereka akibat peristiwa 14 Mei lalu merasa tidak bisa berdagang lagi, lebih baik terus berintegrasi di berbagai kehidupan bangsa dan negara".

Sofyan Wanandi mengimbau pula kepada masyarakat agar berpikir positif dulu terhadap warga keturunan China. Meskipun warga keturunan China hanya sekitar 5-10 persen dari total penduduk Indonesia, bukan berarti konotasi negatif. Mereka menguasai perdagangan 70 persen dari kegiatan ekonomi nasional, sehingga positifnya mereka mendukung pembangunan Indonesia hingga mencapai sekitar 50 persen.

"Jadi, positif thinking-lah terhadap suku ini. Harus diakui, kadang-kadang kemampuannya memang lebih tinggi di bidang bisnis. Tetapi, jangan lihat dari sisi negatifnya, jangan samaratakan mereka itu semua bandit seperti Edy Tansil," tegas Sofyan Wanandi.

Pemilik Gemala Group itu mengharapkan agar pribumi menjadikan warga keturunan China sebagai salah satu suku di dalam bangsa yang majemuk seperti suku-suku lainnya, baik Batak, Padang, Ambon dan Jawa maupun suku yang ada di Indonesia. "Jadi, dengan cara ini tidak diributkan lagi terus-menerus soal warga keturunan China," kata Sofyan.

Yang penting, tambahnya lagi, dalam kebijakan-kebijakan mendatang adalah mengarahkan pada bentuk kerjasama usaha antara pri dan non-pri, baik yang besar dengan yang besar, yang besar dengan yang kecil maupun yang kecil dengan yang kecil. "Jadi, ini akan mempercepat integrasi antara pri dan non-pri dan itu masalah yang serius dan harus diselesaikan.

"Kalau tidak diselesaikan, masalah warga keturunan China ini akan menjadi masalah yang terus-menerus dan tidak akan selesai, karena begitu ada gejolak sosial-politik, yang menjadi sasaran adalah non-pri. Tiap kali terjadi pembakaran terhadap usaha mereka, yang rugi adalah semua pihak, sehingga kena dampaknya juga rakyat kecil," ujar Sofyan Wanandi yang juga salah seorang dari tokoh Angkatan '66 itu. (j07)


BACK