Reformasi Bisnis Saling Menguntungkan
Perilaku dan hubungan bisnis dengan kalangan nonpribumi nyaris
terlupakan dalam agenda pembicaraan reformasi politik, ekonomi,
dan hukum. Hampir semua forum masih terpaku pada polemik perlunya
Pemilu Ulang dan Sidang Istimewa MPR. Sementara format perilaku
bisnis dalam memulihkan perekonomian masyarakat, hampir tidak
tersentuh sama sekali.
Perlu segera dipertegas mengenai reformasi budaya dan hubungan
bisnis dengan kalangan nonpribumi dalam tataran simbiosis mutualisme.
Demikian kesimpulan diskusi lepas antara seniman-budayawan dengan
mahasiswa dan wartawan di Bandung, Senin (25/5) malam. Hadir dan
berbicara perupa Harry Dim dan pemusik Harry Roesli, mantan aktivis
mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) Fadjrul Rahman yang
pernah ditahan dalam kasus 5 Agustus 1989, serta Kolonel CHB Herman
Ibrahim yang hadir sebagai pribadi.
Diskusi merekomendasikan perlunya wacana pembicaraan mengagendakan
masalah reformasi total dalam hal budaya dan perilaku hubungan
kaum pribumi dengan nonpribumi.
Menurut Harry Roesli, perlu dihilangkan dikotomi yang tajam antara
keuntungan dan kerugian menjalin hubungan bisnis dengan kaum nonpribumi.
Sebab ba-gaimanapun, andil kaum non pribumi dalam mendinamisasikan
perekonomian masyarakat selama ini tidak
bisa dipandang sebelah mata.
Para pembicara sependapat, "kenakalan" pelaku bisnis
dari kalangan nonpribumi selama ini tidak lepas juga dari iklim
kurang sehat yang terkondisikan oleh perilaku kaum pribumi.
Iklim yang dimaksud adalah merajalelanya kolusi, nepotisme yang
bermuara pada tindak korupsi.
Diskusi menggarisbawahi, adanya kerancuan sikap para pengusaha
nonpribumi. Dalam situasi normal, mereka giat-giatnya meraup potensi
ekonomi dari kaum pribumi. Giliran ekonomi kurang membaik, mereka
siap-siap angkat kaki dari bumi pertiwi ini.
"Ini bisa jadi karena adanya persepsi bahwa merekalah antara
lain biang keladi terjadinya krisis ekonomi. Persep-si demikian
perlu dihapus.
Su-dah saatnya kita menjalin hubungan dalam tataran simbiosis
mutualisme. Saling menguntungkan satu sama lain tanpa membedakan
unsur ras dan etnik, apalagi agama," demi-kian Herry Dim.
(nar) |